
hampir 2 taon yang lalu....
Udah mau sampe! Agak aneh rasanya emang jalan kaki di jalanan menurun gini, padahal
biasanya selalu lewat sini, tp khan naek mobil ma papa or naek sepeda motor ma mas ade.
Pohon deket lampu merah ini jadi tempat aku nunggu angkot kalo mas ade ga bisa jemput.
Kalo minta di jemput papa malah pusing, harus nunggu papa jemput mama di sekolahan
dulu, belom lagi kalo ada ortu murid mama yg ajak ngobrol dulu, bisa kesorean aku
dijemput papa. Disini rindang kok, udah jam 4 lebih lagi, jadi asik aja deh pokoknya.
Kalo tersenyum manis juga ternyata... anak kecil di sebelahku ini mungkin masih 4 taon
umurnya. Agak lusuh, rambutnya keriting bagus tapi ga terurus. Dia udah duduk disini
sebelum aku datang, sendirian. Aku pikir dari tadi dia memandang mobil yang lewat
disini, seperti aku, karena matanya tidak pernah lepas dari jalan, ternyata dia
memandang anak laki-laki kecil di tengah jalan itu. Kurus, mungkin beda 3 tahun lebih
tua. Aku sadar saat mereka saling tersenyum sesekali. Sepertinya Mereka bersaudara.
"Capek yun...", kata anak laki-laki itu pake bahasa jawa. "kamu mau gorengan?", gadis itu
mengangguk, tersenyum lagi. Anak laki-laki itu merogoh kantongnya, menghitung uang
recehan itu, ada lumayan banyak. Mungkin dia mengambil lima ratus atau enam ratus
rupiah dan sisanya dimasukan ke kantong gadis kecil itu. Dia berlari ke penjual
gorengan diseberang jalan, kemudian balik lagi membawa kertas koran yang dilipat, ada
gorenag didalamnya. "Lima ratus dapat dua yun hehe, kalo bukan mendoan cuman dapat
satu. Itu aja kalo ga ada mas agung harganya sama, empat ratusan. Nih makan mendoanmu".
Gadis kecil itu langsung makan, sambil tersenyum lagi. Iya, ada dua tapi anak laki-laki
itu belom mulai makan bagiaannya. Dia hanya berdiri dihadapan "yun" sambil tersenyum,
mereka saling tersenyum.
Aku belom pernah tau sebelumnya kalo penjual gorengan mau dagangannnya dibeli eceran
gitu. Soalnya biasanya aku beli minimal 5 ribu. Mungkin penjualnya kasihan kepada anak
ini. Hehe... aku juga seharusnya kasihan, tapi ga tau... aku merasa kasihan sih.. cuman
beda, hatiku masih penasaran, kok bisa... ini kenapa.. halah.... aku cuman ingin tahu
yang dilakukan kedua anak ini lebih jauh.
"Mau lagi?, sek ya..." anak itu mengigit mendoannya sekali, lalu menyodorkan ke Yun,
yun mengulurkan tangannya. Belom sampe ke tangan Yun, anak itu kembali menarik
cepat-cepat dan menggigit mendoan itu sekali lagi. Lalu memberikan ke Yun. Yun makan
mendoan dengan dua gigitan kecil itu. Hatiku menangis melihat itu. Anak laki-laki itu
ingin sekali makan mendoan itu, tapi dia berikan ke adeknya. Aku harus melakukan
sesuatu. Ga rugi kalo aku memberi mereka 5 ribu rupiah.
Anak laki-laki itu kembali berlari ke tengah jalan, di pembatas dua jalur itu, sebelum
aku berhasil mengambil uangku dari dompet. Dia kembali bernyanyi setiap ada mobil
berhenti.
"Rumahmu mana dek?"
ga ada jawaban, cuman senyuman itu lagi...
"Namamu siapa?"
"Ayuni"
"Yuni?", aku ga begitu dengar...
"Ayuni..."
Oh... ayuni, kok maen disini, nanti ga dicari orang tuamu?
"Dia menggeleng, senyumnya belum hilang.
"Bapakmu ga nyariin dek?"
"Bapak cari duit di solo, buat beli obat mamak", dia menjawab semangat
"Loh ibu kamu sakit?"
"Iya, mamak dadanya sesek terus"
"Sekarang ibu kamu dimana?"
"Dirumah, tidur"
"Kamu udah sekolah?"
Dia menggeleng..
"Kok ga sekolah?", aku sedikit menggoda...
"Ayuni belom tumbas seragam... ", dia tersenyum
"Ooo..", hehe, anak yg lugu. Kalo menurutku dia emang belom waktunya sekolah.
"Nanti kalo ayuni udah sebesar mas tito, ayuni mau ditumbaske seragam sama bapak di Solo"
"Siapa mas tito?"
"Itu ... kakaknya ika"
"Ooo...", mungkin tetangganya, mana aku kenal hehe.. anak lucu.
"Itu kakakmu sekolah?"
"Dia bukan kakakku, dia itu mas Wawan"
"Loh .. dia bukan kakakmu? ooo.. mas wawan itu tetanggmu yah?"
Dia mengangguk, tapi matanya tetap memandang wawan.. laki-laki kecil itu.
Dia bukan kakaknya, tetapi sayang banget sama gadis kecil ini. Bukan sayang sih
mungkin, setidaknya dia mau jagain gadis kecil ini. Hehehe.. .so seweet...
Bisku tiba, aku harus naik. Aku sempet ambil sepuluh ribuan dua....
"Ini buat kamu satu, buat mas wawan satu yah dek.. buat beli jajan"
Dia ambil uangku itu...
"Buat beli nasi buat mamak boleh yah?"
... aku cuman mengangguk... ga ngerti harus jawab apa.
-
Semua nama selain ayuni aku udah ga ingat....
1 comment:
Saya sendiri sedih rasanya kalau melihat anak2 kecil yang ngamen diperempatan jalan atau didalam angkutan umum. Hampir di setiap kota besar bisa ada pengamen2 kecil dan juga pengemis2 kecil.
Alasan mereka ngamen atau menjadi pengemis karena masalah ekonomi, tapi jangan lupa ada juga yang sengaja "dimajukan" oleh orang tua-nya atau oleh sekelompok orang (kayak sindikat) dan nanti mereka harus setor pada sang boss.
Sebenarnya Dinas Sosial harus menyelesaikan masalah ini dengan baik. Tapi kapan ? Saya sendiri enggak tahu ?
Post a Comment